Kemaluan Lebam hingga Ditemukan Banyak Sperma di Tubuh Wartawati Korban Pembunuhan TNI AL

hokanews,hoka news,hokanews.com,pi coin,coin,crypto,cryptocurrency,blockchain,pi network,pi network open mainnet,news,pi news  Coin Cryptocurrency  Digital currency     Pi Network     Decentralized finance     Blockchain     Mining     Wallet     Altcoins     Smart contracts     Tokenomics     Initial Coin Offering (ICO)     Proof of Stake (PoS) Airdrop   Proof of Work (PoW)     Public key cryptography Bsc News bitcoin btc Ethereum, web3hokanews


Kasus pembunuhan yang menimpa Juwita (23), seorang jurnalis muda di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, semakin memanas. Keluarga korban mendesak agar pihak penyidik dari Detasemen Polisi Militer Pangkalan TNI Angkatan Laut (Denpomal) Banjarmasin untuk mengusut lebih lanjut temuan cairan putih (diduga sperma) yang ditemukan pada area kemaluan korban, serta luka lebam di bagian tubuhnya. Kasus ini menambah daftar panjang tragedi kekerasan terhadap jurnalis di Indonesia, yang sering kali mendapat perhatian publik, namun akhirnya masih banyak yang terabaikan.

Temuan Menghebohkan pada Autopsi

Pihak keluarga, yang diwakili oleh kuasa hukum Muhamad Pazri, mengungkapkan kekhawatirannya setelah mendapatkan laporan hasil autopsi yang menunjukkan adanya cairan putih dengan volume yang cukup banyak di area kemaluan korban. Hal ini menjadi sorotan utama dalam kasus pembunuhan tersebut. Pazri, yang menemani keluarga korban selama proses penyidikan, mengatakan bahwa hasil otopsi yang disaksikan langsung oleh pihak keluarga memperlihatkan bahwa kematian Juwita bukan akibat kecelakaan, melainkan murni pembunuhan.

"Ketika dokter forensik melakukan autopsi, mereka mengizinkan kami untuk menyaksikan proses tersebut. Hasilnya, sangat jelas bahwa korban tewas bukan karena kecelakaan. Namun yang paling mencurigakan adalah temuan cairan putih dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu, terdapat juga luka-luka di tubuh korban. Ini harus segera didalami lebih lanjut," jelas Pazri.

Menurut Pazri, temuan cairan putih tersebut bisa menjadi petunjuk penting dalam mengungkap siapa pelaku pembunuhan tersebut, dan apakah ada kemungkinan pelaku lebih dari satu orang. Oleh karena itu, pihak keluarga mendesak agar cairan tersebut segera diuji di laboratorium forensik yang lebih lengkap di luar daerah Kalimantan Selatan, seperti di Surabaya atau Jakarta, karena fasilitas untuk melakukan pemeriksaan semacam itu belum tersedia di Banjarmasin.

Permintaan Pemeriksaan Laboratorium untuk Mengungkap Fakta

Volume cairan putih yang ditemukan pada tubuh korban menjadi perdebatan hangat di kalangan penyidik dan keluarga korban. Muhamad Pazri mengungkapkan bahwa pihak keluarga berharap agar pemeriksaan lebih mendalam dilakukan dengan mengirimkan sampel cairan tersebut ke laboratorium forensik yang memiliki fasilitas canggih untuk melakukan uji DNA. Hal ini akan membantu penyidik dalam menemukan lebih banyak bukti terkait keterlibatan pelaku dan mengungkap apakah pelaku merupakan satu orang atau lebih.

"Kami ingin agar cairan putih ini segera diuji untuk mengetahui apakah itu berasal dari pelaku atau lebih dari satu pelaku. Kami juga ingin agar penyidik segera melakukan tes DNA untuk memastikan siapa pelaku yang sebenarnya. Ini adalah bagian dari upaya untuk mendapatkan keadilan bagi korban," tambahnya.

Pihak keluarga juga berharap agar hasil pemeriksaan laboratorium bisa menjawab banyak pertanyaan terkait motif pembunuhan tersebut. Dengan bukti ilmiah yang lebih kuat, mereka yakin penyidikan akan semakin terbuka dan jelas.

Bukti Foto dan Rekaman Video yang Diberikan ke Penyidik

Selain temuan cairan putih, kuasa hukum juga menyerahkan bukti foto dan rekaman video kepada penyidik. Bukti tersebut diduga menunjukkan kekerasan seksual yang dialami oleh Juwita sebelum akhirnya dibunuh. Bukti ini menjadi kunci untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada korban sebelum ia meninggal dunia.

"Foto dan video yang kami serahkan ke penyidik menunjukkan adanya indikasi bahwa korban mungkin telah diperkosa sebelum akhirnya dibunuh. Ini penting untuk mengungkapkan fakta sebenarnya dari kasus ini," ujar Pazri. Bukti tambahan ini diharapkan dapat memperkuat dugaan bahwa pembunuhan yang dialami oleh Juwita bukan hanya sekadar kejahatan pembunuhan, melainkan juga melibatkan kekerasan seksual yang sangat mengerikan.

Tersangka Pembunuhan Diketahui Anggota TNI AL

Penyidikan terhadap kasus ini semakin menarik perhatian setelah terungkap bahwa terduga pelaku pembunuhan adalah seorang oknum anggota TNI AL, Kelasi Satu J. Ia sebelumnya bertugas di Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Balikpapan, Kalimantan Timur, sebelum akhirnya diserahkan ke Denpomal Banjarmasin untuk ditahan. Pihak penyidik Denpomal Banjarmasin menahan Kelasi Satu J pada Jumat malam, 28 Maret 2025, untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Sejak penangkapan tersebut, pihak penyidik belum memberikan keterangan resmi terkait perkembangan penyidikan dan status tersangka. Namun, kabar yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa Kelasi Satu J terlibat dalam pembunuhan ini setelah sempat berhubungan dengan korban. Masyarakat dan keluarga korban berharap agar proses hukum berjalan transparan dan tidak ada perlakuan istimewa karena tersangka adalah seorang anggota militer.

Kronologi Penemuan Juwita

Juwita ditemukan meninggal dunia pada 22 Maret 2025 di tepi jalan di Gunung Kupang, Kelurahan Cempaka, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru. Penemuan jasad korban yang tergeletak bersama sepeda motor miliknya awalnya mengarah pada dugaan kecelakaan tunggal. Namun, setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, dugaan kecelakaan itu mulai dipertanyakan.

Kerabat korban mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda kecelakaan lalu lintas pada tubuh Juwita. Bahkan, ditemukan luka lebam pada bagian leher korban, yang semakin memperkuat kecurigaan adanya tindak kekerasan. Selain itu, ponsel milik korban juga hilang, yang menunjukkan kemungkinan bahwa korban melawan atau berusaha menyelamatkan diri dari pelaku.

Dukungan terhadap Keluarga Korban

Kasus ini mendapat perhatian dari berbagai pihak, terutama dari organisasi wartawan dan aktivis hak asasi manusia yang mendesak agar proses hukum terhadap pelaku segera dilanjutkan dengan transparansi. Keluarga korban juga terus memberikan dukungan moral dan hukum kepada penyidik agar kasus ini dapat diungkap secara tuntas.

Juwita, yang merupakan anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Selatan dan sudah mengantongi uji kompetensi wartawan (UKW) dengan kualifikasi wartawan muda, menjadi korban tragis dalam kasus ini. Sebagai seorang jurnalis, Juwita memiliki banyak teman sejawat yang merasa kehilangan atas kepergiannya dan mengutuk keras tindakan kejam yang telah merenggut nyawanya.

Harapan untuk Keadilan

Di tengah tragedi ini, keluarga korban berharap agar proses hukum dapat berjalan dengan cepat dan adil, serta agar para pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal. Mereka juga berharap agar temuan-temuan dalam autopsi dan bukti-bukti yang ada dapat mempercepat pengungkapan motif pembunuhan dan memberikan keadilan bagi Juwita yang telah meninggalkan dunia ini dengan cara yang sangat tragis.


Sumber: Gelora

Next Post Previous Post

READ TOO