Petinggi MUI dari NU dan Muhammadiyah Tolak Rencana Prabowo Evakuasi 1.000 Rakyat Gaza ke RI

Pimpinan MUI Kritik Rencana Evakuasi Warga Gaza ke Indonesia: Dikhawatirkan Perkuat Skema Pendudukan Israel


hokanews,hoka news,hokanews.com,pi coin,coin,crypto,cryptocurrency,blockchain,pi network,pi network open mainnet,news,pi news  Coin Cryptocurrency  Digital currency     Pi Network     Decentralized finance     Blockchain     Mining     Wallet     Altcoins     Smart contracts     Tokenomics     Initial Coin Offering (ICO)     Proof of Stake (PoS) Airdrop   Proof of Work (PoW)     Public key cryptography Bsc News bitcoin btc Ethereum, web3hokanews


Dua tokoh penting Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyuarakan penolakan keras terhadap rencana Presiden Prabowo Subianto yang ingin mengevakuasi 1.000 warga Gaza, Palestina, ke Indonesia. Mereka menilai, langkah tersebut berisiko menjadi bagian dari strategi Israel dan Amerika Serikat untuk mengosongkan wilayah Gaza serta memperkuat pendudukan jangka panjang.

Anwar Abbas: Rencana Ini Sejalan dengan Kepentingan Israel dan AS

Wakil Ketua Umum MUI, Anwar Abbas, secara gamblang mempertanyakan urgensi Indonesia untuk terlibat dalam rencana yang dinilainya sejalan dengan agenda Israel dan gagasan relokasi yang pernah diusung oleh mantan Presiden AS, Donald Trump.

"Pertanyaannya, untuk apa Indonesia ikut-ikutan mendukung rencana Israel dan Amerika? Bukankah mereka sudah menyampaikan keinginannya untuk mengosongkan Gaza?" kata Buya Anwar dalam pernyataan tertulis yang dikirimkan kepada media, Rabu (9/4/2025).

Ketua PP Muhammadiyah bidang ekonomi itu menegaskan bahwa jika rencana evakuasi ini benar-benar dijalankan, maka Israel justru akan mendapat celah lebih besar untuk menempatkan warganya di Gaza. Dalam jangka panjang, hal ini dikhawatirkan menjadi bagian dari proyek "Israel Raya" yang selama ini menjadi kekhawatiran dunia internasional.

"Yerusalem dulu milik Palestina, sekarang sudah diduduki dan dijadikan ibu kota Israel. Kita tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama," tegasnya.

Lebih lanjut, Buya Anwar mengingatkan bahwa lima negara yang baru saja dikunjungi Presiden Prabowo—yakni Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania—merupakan negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik maupun ekonomi dengan Israel. Ia pun menyarankan agar bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza tetap diberikan, namun tidak melalui jalur evakuasi massal ke luar negeri.

"Kalau tujuannya untuk membantu pengobatan dan perawatan korban, lakukanlah langsung di Gaza, bukan memindahkan mereka ke tempat lain. Kita ini bangsa yang sudah kenyang dijajah selama 350 tahun. Kita tahu betul, penjajah punya seribu satu tipu daya," ucapnya mengingatkan.

KH Cholil Nafis: Masalahnya Bukan Warga Gaza, Tapi Agresi Israel

Senada dengan Buya Anwar, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhwah, KH Cholil Nafis, juga menyampaikan sikap tegas menolak rencana evakuasi tersebut. Menurutnya, persoalan utama bukan terletak pada kondisi warga Gaza, melainkan pada agresi militer Israel yang terus menerus melanggar hukum internasional.

"Masalahnya bukan warga Gaza, tapi Israel yang menyerang dan tidak patuh pada perjanjian. Maka yang harus dihentikan adalah agresi Israel, bukan mengevakuasi rakyat Palestina dari negerinya sendiri," tegas Cholil dalam unggahan di akun media sosial resminya yang dikutip oleh media, Kamis (10/4).

Sebagai Rais Syuriah PBNU, KH Cholil menekankan bahwa semangat perdamaian harus diwujudkan melalui penguatan bantuan di lokasi terdekat, bukan dengan memindahkan korban konflik ke wilayah sejauh Indonesia.

"Apa ada jaminan mereka bisa kembali ke Gaza? Bukankah banyak warga Palestina yang sampai sekarang tidak bisa pulang ke tanah airnya? Kalau kita evakuasi, ini justru bisa memuluskan langkah Israel untuk menguasai lebih banyak wilayah Palestina," ujarnya.

KH Cholil juga menyoroti bahwa semakin hari, wilayah Palestina makin menyempit karena pendudukan yang terus meluas. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat dan pemerintah Indonesia agar tetap menunjukkan empati dan dukungan untuk Palestina, tetapi melalui cara yang tidak memperkuat skenario penjajahan.

"Sebagai sesama muslim dan manusia, tentu kita simpati dan empati pada penderitaan warga Palestina. Tapi caranya bukan dengan menjauhkan mereka dari tanah kelahiran mereka," pungkasnya.

Sumber: Gelora

Next Post Previous Post

READ TOO